Surat untuk Sahabat, dan Kata Adalah Sahabat Karibku
Surat untuk sahabat – Sekian dari purnama yang telah aku lalui, bisa dikatakan tidak ada sahabat sejati di dunia ini. Namun, aku mengerti, ini adalah sebuah keadaan yang aku harus lalui bersama ya, Sobat Alfattah! Mungkin, bisa dikatakan sahabat terbaikku kali ini adalah kata-kata dalam sebuah tulisan.
Mau mengatakan, sahabatku adalah manusia, dan namanya (misal ini), tetapi nyatanya ketika kita berada dalam kesusahan, memang tidak mendekat dan membersamai kita. Lagi-lagi, aku harus memaklumi bahwa kenapa tidak selalu ada? Dan jawabannya adalah keadaan yang sudah berbeda dari zaman kanak-kanak atau zaman sekolah, betul nggak?
Bukan aku pasrah, atau kecewa ya, namun memang harus benar-benar terjadi dan mengatakan tidak ada sahabat sejati di dunia ini. Lalu, siapa yang menemaniku di kala susah? Ternyata jawabannya adalah kata dalam tulisan.. hehe!
Apa Sih Definisi Sahabat Sejati?
Jauh sebelum aku mau menuliskan surat untuk sahabatku secara langsung atau sahabat pena, mau aku jabarkan dahulu nih, apa sih definisi sahabat sejati itu?
Ada yang mengatakan, bahwa sahabat sejati itu, akan ada dikala susah dan senangnya kita. Tetapi masak sekarang ada? Benar, bisa Anda katakana ada, saat kita kesulitan, kita akan mencurahkan ke manusia yang paling kita anggap sebagai teman terbaik dan bisa menjaga rahasia.
Namun, apakah bisa membantu keuangan juga, ketika masalah kita ada di sana? Belum tentu! Biasanya orang akan mendekat kepada manusia di kala senang saja, dan saat susah, akan menjauh dan tidak menampakkan diri pada kita.
Mau saya listkan, ciri-ciri teman sejati itu seperti apa?
1.
Mau membantu dikala susah
2.
Mau mendengarkan keluh-kesah dikala susah
3.
Menemani dikala senang, dan ikut bersuka cita
akan keberhasilan kita
4.
Memberikan motivasi saat sahabat sedang terpuruk
5.
Intinya yang selalu support deh
Kalau tentang hal ini, aku sudah punya jawaban terbaik siapa sih yang bakalan aku tulis untuk menjadi sahabat terbaikku. Tetapi jangan ditertawakan ya, siapa sahabat sejatiku, hehe.
Sahabat Sejati dan Sahabat Penaku, “Tetap Kata-Kata Dalam Tulisan” Mengapa Demikian?
Hah, capek ya, kalau aku harus terpaksa sekali lagi mengatakan bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini. Sebenarnya kalau yang hakiki sahabat dan selamanya akan bertemu, baik itu dirindukan atau tidak, tentunya adalah kematian atau tanah yang akan menemani kita nanti dalam jangka waktu yang cukup lama.
Namun, karena aku ini masih hidup, ya sekarang kembali lagi, sahabat sejatiku sekarang ini yang terlihat adalah kata-kata dalam tulisan.
Mengapa aku selalu bersikukuh seperti itu? Ada yang tahu alasannya kah sobat Alfattah? Jawabannya simpel, pertama mungkin aku akan menjawab hobi kali ya, tetapi bukan itu yang aku ingin tunjukkan sebagai jawaban, karena jawaban itu tentu saja umum.
Kata-kata dalam tulisan, telah membuat aku banyak berubah, dan mengajak aku untuk tidak menyerah dalam menjalankan kehidupan. Sebagai blogger, kalau ngaku blogger mah, aku masih blogger receh, atau blogger pinggiran ya.
Akan tetapi, profesi menulisku sangat membantu, dan membuatku ada pemasukan (alias membantu perekonomian), coba kalau itu sahabat yang rupanya manusia, tidak semua orang bakal menolong, dan aku, juga tidak mau merepotkan kan?
Jadi, dengan menulis, telah membuatku berubah, menjadi pekerja keras breee….! Sebenarnya, pada dasarnya tempat berkeluh-kesah yang tepat adalah Allah sebagai Tuhan kita. Namun, Allah saja sudah menyerahkan kepada kita untuk mengusahakan doa yang dibarengi dengan usaha.
Lantas, upayaku dalam mengusahakan keinginan dan kebutuhan terpenuhi, ya dengan bekerja keras, mencari tambahan duit yang kurang-kurang, betul nggak?
Kalau diputar lagi, karena aku penulis, blogger dan lain sebagainya, teman dekat dan sejatiku yang bisa memberikan bantuan dana, adalah kata-kata dalam tulisan. Lagi, bukan karena kata-kata dalam tulisan yang memberikan uang saja guys, kadang kalau lagi sumpek, aku milih bermalas-malas ria, kadang pula berceloteh semauku dengan kata, juga menjadi penghibur.
Lalu di mana posisi suamiku yang harusnya bekerja untuk menafkahi? Ia, adalah sosok yang baik hati, dan sudah berusaha semaksimal mungkin breee….! Aku menyadari itu. Tetapi, di sini aku adalah istrinya, aku kan, yang harus mendampingi dikala susah?
Suami bekerja di pabrik, dan you know? Pabrik itu kalau nggak per bulan bayarannya tetap, ya kurang banget di kala pandemi dan kebutuhan yang semakin membludak. Untungnya suamiku pengertian, ia mau mengerti keadaan dan membiarkanku berusaha membantunya.
Ia juga sebagai sahabat sejatiku sekarang, dan kepingin dong, sampai selamanya di akhirat kelak. Namun itu keputusan yang di atas, manusia hanya mengusahakan dan meminta. Suami mengizinkan saja, aku bersyukurnya Masyaallah ges.
Sekarang ini, pada intinya, aku dipaksa mendekati kata-kata, dan belajar bersahabat dengannya. Baik karena keadaan, maupun karena keinginan ku yang kekeh untuk menjadi seorang yang bisa mencari uang dengan menulis.
Sebelum ini, tepat di akhir tahun 2021, tekadku sudah bulat, ingin konsentrasi menulis hingga 2 tahun, dan itu masuk dalam agenda resolusi tahun 2022 ini, hingga 2 tahun akan berakhir ges…
Namun berkali-kali ujian menerpa kehidupan keluarga kecilku, tetapi aku harus berbuat apa? Hati rasanya diombang-ambing, padahal agenda buanyak yang harus aku laksanakan. Ujian ini, mengulurkan perasaan yang berkecamuk. Di mana membuat diriku dipaksa untuk maju-mundur-maju-mundur dalam bermain-main dengan kata.
Yups, padahal inginku bermain dengan kata hanya sekadar mengisi kesibukan dengan membuat peluang bisnis yang bisa dipanen nanti setelah dua tahun, tetapi Tuhan berkehendak lain, aku harus membarengi bermain kata-kata untuk mencari uang secara instan.
Wah? Secara instan ya? Iya, kebutuhan banyak ges.. sudah bulan Maret nih, hampir saja aku gagal dan terjebak masalah yang mengerumuni hidupku. Tetapi, aku harus bangkit kembali, untuk mencari uang sekaligus membangun kembali jaringan kerjasama dan bisnis pribadiku dalam menulis. Ya, lagi-lagi sahabatku adalah kata-kata dalam tulisan ya kan? Dan juga suami tentunya, tetapi yang aku butuhkan sebenarnya hanya support darinya, tidak wajib membantuku, namun jika ingin membantuku menulis juga, Alhamdulillah banget.
Baca Juga Intropeksi Diri, dan Rabai Kekurangan Kita
Surat untuk Sahabat, Selasa 8 Maret 2022
Hai sahabat pena, Kata-kata yang bersenandung dalam cerita-ceritaku! Ini adalah surat untuk Sahabat, dan kamu adalah sahabatku yang paling hangat.
Salam hangat dari Saya
Nur Chafshoh
Bila aku menangis, yang menjadi teman bercurah adalah dirimu, dan bila aku susah karena tidak punya uang, lagi-lagi aku harus mengusahakan bermain dengan dirimu, dan mengolah menjadi racikan yang enak teredarkan oleh mata, lalu masuk akal jika otak manusia mencerna.
Maafkan aku yang selama ini mengeluh sambil mengolahmu menjadi bacaan yang enak. Yups, aku seperti bekerja setengah hati, mengejar uang sana-sini. Berusaha memerasmu bekerja untukku. Namun percayalah, itu adalah diriku yang putus asa, dan bukan kusengaja memaksamu menghasilkan uang. Tetapi tidak ada jalan lain, selain menjadikan dirimu teman yang menghasilkan.
Aku baru sadar, gara-gara Mbak Maritaningtyas yang memberikan tugas menulis Surat untuk Sahabat, lalu jawabannya adalah kamu hai kata-kata!
Mungkin akan terdengar aneh ya, kalau aku berteman denganmu. Tetapi ini murni dari lubuk hatiku terdalam, aku sudah tidak bisa lepas dari pekerjaan ini. Sejak tahun 2019 akhir, aku baru menjadi penulis pemula yang memberanikan diri untuk menulis yang menghasilkan.
Sebelumnya aku sudah belajar mendekati dirimu, tepatnya di bangku SMA, aku ikuti lomba menulis puisi tingkat sekolah. Waktu itu, aku memang tidak juara, namun karena patuhku terhadap tema yang diberikan oleh guru yang menjadi juri, kertas bertuliskan dirimu menjadi yang beruntung, kamu, yang aku tulis, dibacakan oleh guru langsung di depan umum, lainnya tidak!
Yups, itu adalah kali pertama diriku berani memainkan kata-kata untuk mendapatkan imbalan, maaf jadi agak bahas imbalan ya. Tetapi, dengan cara ini, hobiku bermain dengan kamu jadi tambah asyik bukan? Dan kita jadi semakin akrab.
Aku pernah dibentak oleh seseorang karena tidak menyelesaikan tugas menulisku, yups, tidak menyelesaikan deadline oleh klienku, tidak menyelesaikan kamu dong ya berarti. Aku pun berpikir, aku harus bertanggungjawab terhadapmu, semoga kita bisa bersahabat hingga tua nanti ya!
Dua tahun kedepan, aku akan berusaha mendekatimu, ya berusaha melakukan yang terbaik. Baik dan buruk hasilku mencernamu, adalah sebagai proses belajar diriku mengakrabkan diri. Nanti, rencananya, aku akan membuat dirimu menjadi temanku yang terbaik hai sahabat.
Setelah ada keuangan yang mengalir secara rutin perbulan dari hasil mengusahakanmu menjadi yang terbaik, aku akan berhenti bekerja rodi ya, aku akan menjadi ibu rumah tangga yang fokus anak, rumah, dan kamu tentunya. Namun menulismu hanya dengan hati, bukan lagi bekerja keras mendapatkan pundi rupiah, intinya akan memanjakanmu ya kan?
Sekarang aku lagi bangun bisnis, ya harus dengan bantuanmu, semoga kita bisa bekerja-sama, dan terimakasih Mbak Marita, karena telah menyadarkanku betapa diriku telah menelantarkan tulisan-tulisanku. Aku sudah tidak boleh sedih lagi, namu harus bekerja keras, sampai waktunya tiba.
Kesimpulan
Surat untuk Sahabat sudah aku tuliskan. Semoga tidak ada yang merasa bingung, kenapa aku menuliskan surat sahabat kepada kata-kata dalam tulisan. Aku mau bertapa aja, menjadikan tulisan sebagai sahabat, daripada gelisah memikirkan sahabat dalam bentuk manusia.
Namun tidak dapat dipungkiri, aku kadang membutuhkan manusia untuk bercurah, kalau boleh aku menyebutkan, ia sahabat yang masih ada di sekitar, ada suami dan lain-lain, namun kali ini aku lebih srek mengatakan bahwa sahabatku adalah kata-kata dalam tulisan, itu saja.
Adakah yang bertanya, mengapa? Baca tulisan ini ya, seluruhnya!
Posting Komentar untuk "Surat untuk Sahabat, dan Kata Adalah Sahabat Karibku"